Monday, August 29, 2011

manfaat tembakau

Jika nantinya rokok benar-benar sudah tidak laku lagi, belum tentu petani
tembakau akan menderita, seperti yang dikawatirkan orang-orang.
Karena ternyata tembakau bisa bermanfaat lain juga.

(kulakan dari milis sebelah)



"Manfaat Tembakau sebagai Reaktor Protein Anti Kangker

(artikel berita Republika: Dr. Arief Witarto PP Bioteknologi LIPI)
Ditulis pada Oktober 4, 2008 oleh rahmatsaripudin

Jakarta, Republika - GSCF bisa juga untuk menstimulasi
perbanyakan sel tunas (stem cell) untuk memulihkan
jaringan fungsi tubuh yang sudah rusak.

Daun tembakau yang kerap diidentikkan dengan rokok
ternyata dapat dimanfaatkan bagi kesehatan manusia.
Daun tembakau ini bisa digunakan sebagai reaktor
penghasil protein Growth Colony Stimulating Factor
(GCSF), suatu hormon yang sangat penting dalam
menstimulasi produksi darah.

"Pada dasarnya saya mencoba untuk menghasilkan
protein pencetus (GCSF) dengan menggunakan tanaman
tembakau (Nicotiana spp L). Tembakau yang diambil
adalah tembakau lokal dari varietas yang paling sesuai,
yaitu genjah kenongo, dari total 20 varietas lokal
saya teliti," ujar peneliti dari Pusat Penelitian
Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Dr Arief Budi Witarto M Eng, akhir pekan
lalu.

Penelitian Arief dilakukan dengan beberapa ilmuwan
dari Jerman. Ia mengungkapkan, selama ini varietas
tembakau yang banyak digunakan di luar negeri adalah
varietas seperti Havana. "Ini varietas tembakau yang
digunakan untuk cerutu, tapi di luar itu saya juga
mencoba dengan varietas lokal," jelasnya.

Menurut Arief, ia sudah mengumpulkan hampir 20 jenis
varietas lokal seperti dari Temanggung dan lain sebagainya.
Hasil penelitian menunjukkan, varietas lokal itu tingkat
produktivitasnya lebih tinggi. "Jadi tingkat produksi
proteinnya dua hingga tiga kali lipat," cetusnya.

Tentang khasiat daun tembakau, Arief menyatakan,
protein dibuat oleh DNA dalam tubuh. Jika DNA
dalam tubuh dipindahkan ke tembakau melalui bakteri,
begitu masuk, tumbuhan ini akan mampu membuat protein
sesuai DNA yang telah dimasukkan tersebut. Kemudian,
jika tumbuhan itu dipanen, maka akan didapatkan protein.
"Protein inilah yang bisa dipakai sebagai protein
antikanker," jelasnya.

Selain untuk protein antikanker, kata Arief, GSCF
bisa juga untuk menstimulasi perbanyakan sel tunas
(stem cell) yang bisa dikembangkan untuk memulihkan
jaringan fungsi tubuh yang sudah rusak. Lebih jauh
Arief menjelaskan, di bidang kedokteran terdapat
produk-produk farmasi yang sekarang ini banyak
digunakan, yaitu obat maupun vaksin yang berbentuk
protein. "Dalam kegiatan penelitian ini saya mencoba
hal yang baru yaitu menggunakan tanaman sebagai
media produksinya," cetusnya.

Arief melanjutkan, ia lebih memilih tanaman lokal
karena Indonesia adalah negara tropis yang masih
disebut-sebut bersifat agraris. Sehingga, lanjut
dia, jika disinergikan dengan pertanian hal tersebut
lebih cocok. "Dari sudut ilmiah itu juga ada pemaparan
bahwa dengan menggunakan tanaman biaya produksi lebih
murah per sepuluh hingga per seratus," jelasnya.

Kemudian, Arief memberi syarat, tanamanan yang dipilih
haruslah tanaman yang budidaya yang dalam waktu singkat
bisa panen. Syarat kedua adalah tanaman harus memiliki
produksi biomassa, baik umbi atau daun yang lebih besar
sehingga efisien. "Nah, yang ketiga saya kira sekarang
dengan adanya bioenergi ini, sebaiknya bukan tanaman
pangan," tegasnya.

Jadi, lanjut Arief, tembakau yang digunakan sebenarnya
bukan tanaman tembakau seperti yang ada di pertanian
yang bisa langsung dipakai. "Karena, ini produknya protein
yang jadi obat, maka harus disisipkan ke dalam tembakau
itu," cetusnya.

Dengan demikian, kata Arief, nanti tembakaunya akan
memproduksi protein yang dikode dengan DNA itu. Setelah
itu, konsepnya sama dengan cara yang biasa. "Kalau di
sini tanamannya kita tanam lalu nanti dari daunnya
kita ekstrak sehingga kita dapat protein yang murni
dan sudah bebas dari zat berbahaya yang ada di daun
tembakau seperti nikotin," jelasnya.

Arief yang terpilih sebagai penerima penghargaan
Fraunhofer-DAAD-Award 2007 dari Jerman untuk riset
tentang tembakau molecular farming berharap, hasil
penelitiannya dapat digunakan sebagai alternatif
dari banyak petani yang khawatir dengan fatwa MUI
tentang larangan merokok.

"Saya sendiri merasa senang, karena sebenarnya ketika
memulai penelitian ini saya tidak memikir sampai ke

No comments:

Post a Comment